Beranda > Backpacking yuk mari > Kampung Bahasa, Sensasi Tradisional Logat Internasional

Kampung Bahasa, Sensasi Tradisional Logat Internasional


Think global act local. Berpikir secara global tentu butuh media komunikasi yang juga bertaraf global. Sebuah desa di Jawa Timur sudah puluhan tahun terbiasa berbincang dengan Bahasa Inggris di tempat kos, di tempat wisata, bahkan di warung kopi!

Sungguh di luar nalar. Sebuah desa yang letaknya begitu terpencil terbiasa berbahasa Inggris untuk bahasa sehari-harinya. Seluruh penduduk desa tertular dengan semangat belajar orang-orang yang berkunjung ke Kampung Bahasa –sebutan desa ini- untuk mendalami bahasa asing.

Kalau kita berkunjung ke kios atau warung makan, sang penjaga kios akan menjawab dengan bahasa yang digunakan si pembeli. Bahasa Indonesia silakan, Bahasa Inggris oke, Bahasa Jawa ya monggo.

Sentra Kursus Bahasa

Lokasi tepatnya adalah di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Bisa dikatakan, Kampung Bahasa adalah pusat kursus Bahasa Inggris termurah dan terbesar di Indonesia.

Bayangkan saja, satu program intensif setiap hari selama 1 bulan dengan pertemuan selama 1,5 jam dihargai kurang dari 100 ribu. Kontras dengan EF yang bahkan mencapai 1 juta/bulan untuk pertemuan yang hanya 3 kali seminggu.

Namun, memang tempat belajar mengajarnya sederhana. Ada yang di dalam ruangan yang dibentuk dari batako tanpa semen dan cat, lalu duduk di kursi kayu. Ada juga di ruangan bersih tapi duduk lesehan. Bahkan ada yang di luar ruangan dengan memanfaatkan gazebo seadanya. Sederhana, namun tidak mengurangi makna sedikitpun.

Kemudian dikatakan terbesar karena ada sekitar 30 lembaga kursus bahasa dengan kelebihannya masing-masing. Ada yang terkenal dengan program speaking-nya (Dafodiles dan Webster), ada yang jago di grammer (Smart), ada yang punya program khusus TOEFL (Elfast), ada juga yang mempunyai ujian langsung ngobrol dengan turis asing di Bali (Harfard), dan sebagainya. Pilihan tergantung tujuan kita apa.

Ratusan, mungkin ribuan, orang yang sengaja datang ke Pare hanya untuk kursus. Asalnya ada yang dari Kalimantan, Sulawesi, Aceh, Lampung, NTB, Bandung, dan sebagainya. Sebagian besar yang kursus di Pare adalah siswa yang baru lulus SMA atau mahasiswa yang juga baru lulus.

Tidak sulit juga menemui Sarjana Sastra Inggris yang kursus di sini. Seorang lulusan sastra Inggris dari salah satu kampus swasta terkemuka mengaku pelajaran grammer di sini dalam sekali, banyak yang tidak didapatnya di kampus. Memang, pengajar-pengajar di sini sudah expert untuk grammer.

Layaknya pusat-pusat pembelajaran di tempat lain, Kampung Bahasa juga menumbuhkan berbagai aktivitas perekonomian di Pare. Banyak tempat-tempat kos yang ditawarkan. Ada dua jenis tempat kos, English Area (EA) dan bukan EA. Kalau yang bukan EA, penghuni tempat kos hanya diberi fasilitas tempat tinggal saja. Sedangkan di EA, ada tambahan program yang ditawarkan untuk memperlancar belajar Bahasa Inggris. Ada macam-macam program yang ditawarkan EA. Program dasar adalah wajib berbahasa Ingris di lingkungan kos. Oleh karenanya, kebanyakan penghuni baru langsung mengidap penyakit gagu akut. Kemudian ada beberapa program tambahan lagi, tergantung tempatnya.

Ambillah contoh satu EA, namanya Access. Biayanya 175 ribu/bulan. Dengan uang sejumlah itu, kita sudah diberi fasilitas akomodasi sekaligus 3 program tambahan. Pertama, pukul 5.00-6.30 adalah latihan membaca expression kemudian menghapalnya. Ada sekitar 10 expression setiap harinya. Ini sangat penting untuk membantu percakapan sehari-hari. Kedua, pukul 16.00-17.30 ada kelas Pronounciation dengan logat Amerika. Lalu, program yang terakhir, pukul 18.30-20.00, kita diajak berdiskusi, berdebat, presentasi, nonton, dsb untuk mengaplikasikan Bahasa Inggris kita.

Memang akomodasi yang diberikan sederhana. Jangan harap di Kampung Bahasa bisa mendapat kamar kos ber-AC. Mencari kamar yang satu kamar untuk satu orang saja sulit. Kamar di Access diisi oleh 4 orang dengan kasur kapuk tanpa dipan dan lemari. Tapi fasilitas tersebut terhitung cukup nyaman dan manusiawi. Bisa dikatakan, Access termasuk yang premium, malah bisa jadi yang paling mahal. Tapi Access sering menjadi rekomendasi banyak orang karena memang bagus. Rata-rata, kos bukan EA di Pare sebesar Rp75 ribu/bulan. Program di asrama (EA) sengaja di-set subuh dan sore ke atas supaya pada jam kerja penghuni bisa ikut kursus lagi di luar sesuai tujuannya.

Tempat kursus kebanyakan tidak jauh dari kosan. Sangat mungkin untuk jalan kaki. Tapi sebagian besar memilih sepeda sebagai alat transportasi. Ya, sepeda, ini yang unik. Pemandangan pemuda usia SMA memakai baju koko, sarung, lengkap dengan pecinya, ber-ontel ria di jalan sudah biasa tampak.

Saking “in” nya sepeda, banyak bermunculan tempat penyewaan sepeda. Harganya sekitar Rp40 ribu/bulan. Bermacam pilihan sepeda yang ditawarkan, tapi kebanyakan sepeda tua. Harga sepeda second berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp300 ribu.

Makanan di Kampung Bahasa bervariasi dan murah. Mungkin karena terbiasa dengan pendatang sehingga pedagang terbiasa untuk menyajikan makanan kota. Sepiring nasi dengan ayam lengkap dengan sayurnya dihargai 4500. Nasi dengan telur dan sayur dihargai 3000.

Menuju Kampung Bahasa dari Jakarta bisa menggunakan kereta api sampai Jombang atau Kediri. Harga tiket kereta Brantas dari Senen ke Kediri sekitar Rp50 ribuan. Dari terminal Kediri itu naik Bus Puspa Indah jurusan Kediri-Malang, turun di BEC -tempat kursus paling tua di Pare- atau turun di GP (Garuda Park), kemudian naik becak sampai kosan yang diinginkan. Becak dari GP maksimal 5 ribu.

Wisata Sekitar

Sebetulnya tidak ada yang terlalu spesial dengan makanan Pare. Perbedaan yang paling mendasar adalah harga, di Pare harga makanan sangat murah. Oya, ada satu lagi keunikan. Di Pare menjamur warung nasi pecel. Kalau di Bogor atau Jakarta kebanyakan warung menawarkan pecelnya saja. Kalau di Pare dan kebanyakan tempat di Jawa Timur, pecel tersebut langsung dicampur dengan nasi. Ditambah kerupuk peyek. Standar harganya Rp2.000/porsi.

Garuda Park terkadang dijadikan masyarakat sebagai tempat kumpul-kumpul. Garuda Park seperti taman, tapi mini sekali. Patung Garuda kokoh berdiri di atas tugu. Mirip dengan tugu Tani tapi patung Pak taninya diganti dengan Garuda. Di bawah tugu itu, ada taman mini sekali. Inilah yang disebut Garuda Park, atau masyarakat sering menyebutnya GP.

Menurut dinas pariwisata Kediri lewat websitenya, ada dua buah wisata Candi di Pare, yaitu Tegowangi dan Surowono. Perjalanan dengan sepeda menuju Candi Tegowangi melewati jalan kampung yang jarang ada penduduk berseliweran. Sawah-sawah terhampar di kanan kiri. Terlihat banyak peternakan lebah mini di halaman-halaman rumah warga. Lebah tidak bersarang di pohon tetapi di kotak-kotak seukuran kotak suara pemilu.

Keadaan Candi Tegowangi jauh sekali dengan keadaan Prambanan atau Borobudur. Ukurannya hanya sekitar 10×10 meter. Mungkin kurang. Tingginya hanya sekitar 3 meter. Tidak ada tarif masuk. Semua sangat seadanya di Candi Tegowangi. Bahkan tidak tampak satu pedagang pun di sekitar candi. Di sekeliling candi ada taman mini yang cukup dirawat. Hanya itu poin plusnya.

Setali tiga uang dengan Candi Surowono. Bedanya, candi Surowono punya petugas yang menjaga pintu masuk. Pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu lalu dimintai sumbangan seikhlasnya. Taman di Candi Surowono sedikit lebih luas dari taman Tegowangi. Letaknya tepat di pinggir jalan. Menuju ke sana butuh 30 menit bersepeda melewati jalan raya dengan aktivitas yang lumayan padat. Bisa dibilang candi Surowono satu level lebih maju dari Tegowangi.

Tidak jauh dari Candi Surowono, ada pemandian Surowono dan Goa Surowono. Pemandian di sini bukan pemandian air panas, tapi kolam renang. Ada dua buah kolam renang di dalamnya, kolam besar dan kecil. Kolam besar dalamnya sekitar 160 cm sedangkan yang kecil hanya sebatas lutut orang dewasa. Cukup ramai peminat pemandian ini. Airnya juga cukup bersih. Biaya masuknya murah sekali, hanya Rp1.500. Di sekeliling kolam ada kios-kios kecil yang menjajakan bermacam penganan.

Goa Surowono punya tarif masuk yang lebih murah lagi, hanya Rp500. Jangan dibayangkan Goa yang dimaksud terawat dan besar. Goa berada di bawah tanah rumah-rumah warga Surowono. Mungkin zaman dahulu, Goa ini dijadikan tempat persembunyian atau jalan tikus. Untuk masuk ke Goa, kita perlu turun dulu lewat semacam kubangan kecil. Sepanjang Goa, air tidak henti-hentinya mengalir. Suasana gelap sekali sehingga tidak mungkin kalau tidak membawa senter.

Wisata andalan Kabupaten Kediri adalah Gunung Kelud. Perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kampung Bahasa. Secara keseluruhan, Kelud biasa saja. Lebih banyak perjalanan melelahkannya daripada kenikmatan pemandangan. Tapi lumayanlah sebagai bonus berwisata ke Kampung Bahasa.

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar